Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Minta Dirawat di Puskesmas, Dokter: Pasien Datang Diluar Jam Pelayanan

Minta Dirawat di Puskesmas, Dokter: Pasien Datang Diluar Jam Pelayanan



Langgur, Liputan21.com - Dokter Umum pada Puskesmas Debut, dr.Helsie Dahoklory mengungkapkan bahwa kejadian pembelian Bahan Habis Pakai (Plester) serta cairan infus diluar Puskesmas adalah permintaan dari pasien yang ingin menginap di Puskesmas.

Helsie bilang, bahwa setelah berobat di Puskesmas Debut kondisi oknum pasien  kembali stabil sehingga dipulangkan oleh petugas setempat. Sayangnya, diluar jam pelayanan itu pasien yang bersangkutan bersih keras untuk menginap di Puskesmas.

"Sebenarnya itu, pasiennya tidak perlu dirawat. Kondisinya stabil saja, jadi sebenarnya bisa pulang. Tapi pasiennya minta untuk dirawat karena kondisinya sudah malam" kata Dahoklory dalam jumpa pers bersama media di Puskesmas Debut Senin, (15/7/2024) siang.

Ia menjelaskan, sewaktu oknum pasien yang bersangkutan ingin berobat di Puskesmas dirinya berada di rumah dimana jam pelayanan telah berakhir. Kemudian, setelah memastikan obat yang dibutuhkan tidak tersedia maka terjadilah kesalahpahaman di antara perawat dan dokter sehingga informasi tersebut viral dan membias di media sosial.

"Jadi, ketika dibilang tidak ada (plester dan cairan) maka saya informasikan ke perawat kalau mau infus itu ke rumah sakit saja atau lapor ibu kapus mungkin ada persediaan di gudang. Tetapi selang 1 jam baru dibalas bahwa pasien sudah beli" ungkap Helsie.

Helsie yang saat itu bingung dengan dengan komunikasi internal antara pasien dan perawat maka dirinya beranggapan bahwa telah terjadi kesepakatan diantara keduanya untuk membeli resep obat diluar Puskesmas.

"Karena untuk keperluan pasien jadi, mungkin pasiennya sendiri yang minta untuk dibeli" ujarnya.

Disinggung terkait dengan resep obat yang dibelanjakan diluar Puskesmas, Helsie mengaku bahwa cairan infus dan plester bebas dijual diluar Puskesmas sehingga tanpa resep dokter pun dapat dibeli sesuai kemauan pasien.

"Saya kan di rumah, pelayanannya kan sampai jam 3 jadi mungkin yang diresepkan itu juga bisa dibeli bebas tanpa resep dokter. Mungkin arahan dari perawat mungkin lalu, tulis lalu pasien pigi (pergi) beli" sebutnya.

Dahoklory akui tidak mengetahui dari mana asalnya resep obat yang dibeli diluar Puskesmas. 

"Sapa (siapa) yang buat resepnya katong (kami) seng (tidak) tau tapi, yang jaga standby itu perawat" sambungnya.

Dikatakan, apabila ada pasien yang berobat diluar jam pelayanan maka dari perawat akan menghubungi dokter dan perawat untuk meminta petunjuk. Namun, hal ini justru terbalik sebagaimana yang dilakukan oknum perawat tersebut.

"Setahu saya itu, tidak ada (pembayaran obat) sama sekali. Mungkin, kalau ada arahan berarti itu mungkin diluar kapasitas saya sebagai dokter. Jadi, seng pernah disuruh bayar" jelasnya.

Menurutnya, persoalan bayar membayar bukan menjadi ukuran yang berlaku di Puskesmas. Karena yang paling diutamakan Puskesmas adalah pelayanan.

"Tidak pernah ada arahan dari ibu kapus ataupun beta (saya) untuk bayar-bayar resep itu. Sampai ada laporan dari masyarakat berarti itu mungkin interan antara pasien dengan perawat. Untuk saya dan ibu kapus kami tidak tahu" kecamnya.

Sama halnya pula dengan Surat Keterangan (Suket) Dokter atau Surat Kesehatan (Sukes) Dokter yang dikeluarkan oleh Puskesmas adalah bagian dari pelayanan sehingga tidak mendahulukan uang dalam pelayanan.

"Iya, kami tidak tahu dan tidak pernah bayar disini. Tindakan apapun, pelayanan apapun Surat Kesehatan Dokter, Surat Keterangan Dokter apapun semuanya gratis disini tidak dibayar," titah Helsie.

Berdasarkan prosedur yang berlaku di Puskesmas, Helsie menjelaskan bahwa sebelum memutuskan untuk membeli obat diluar Puskesmas maka dirinya lebih dulu berkoordinasi dengan pasien. Hal itu bertujuannya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman diantara pasien dan dokter.

"Biasanya ajak diskusi dulu interan dengan pasien, mau beli resep luar atau beta kasih obat yang walaupun mirip efeknya sedikit menurun dengan yang ada di Puskesmas, mau ka seng? (Yang dari Puskesmas atau yang dari luar). Kalau pasiennya bersedia membelinya diluar maka resep luar, tapi kalau tidak berarti tidak" ucapnya.

Diakui sungguh bahwa, belum pernah dirinya memberikan resep bagi pasien untuk membelinya di luar Puskesmas. Namun, sebagai dokter hal itu baru saja dilakukan bagi Camat setempat.

"Baru pernah 1 kali, tadi bapak Camat. Tadi, karena bapak Camat perlu untuk kebutuhan kesehatan. Kalau pasien tidak bersedia maka saya tidak kasih." imbuhnya.

Ditambahkan, ada beberapa pasien yang sudah ada catatan dari dokter spesialis penyakit dalam untuk menggunakan obat tertentu sehingga pasien bersedia untuk membeli dari luar karena Puskesmas tidak pernah punya obat itu karena standar rumah sakit. 

"Itu yang sudah didiskusikan dengan pasien kalau pasien bersedia baru kita buat resep diluar tapi kalau tidak ya tidak" cetus Helsie.

Pelayanan Puskesmas Debut tidak sekedar menekan tombol tetapi, pelayanan yang diberikan harus melalui SOP dan prosedur yang berlaku di Puskesmas.

"Sebenarnya tidak terjadi seperti itu karena kita sering memberikan edukasi untuk pasien. Soal prosedur dan prosedur seperti Surat Rujukan itu harus bersabar. Tidak bisa bapak/ibu datang bilang dokter saya minta rujukan, tidak bisa. Harus bt periksa layak rujuk baru dirujuk" sesalnya.

"Kemudian juga obat stik kolesterol. Tidak bisa datang pak saya mau stik kolesterol. Tapi harus mengikuti prosedur. Kan semua permintaan harus ke dinas. Dinas yang proses dulu lihat ada baru bisa kasih kalau obat tidak ada stik kolesterol gula tidak ada belum bisa dikasih rujukan maka harus ikut prosedur" pungkasnya.

(Kef21)

Posting Komentar

0 Komentar