Sutradara Samantha Stark dan penulis naskah Liz Day yang membuat film dokumenter Framing Britney Spears ingin membuat lanjutan film tersebut.
Pernyataan itu mereka sampaikan dalam wawancara dengan The Hollywood Reporter. Mereka berdua ditanya apakah mereka akan mempertimbangkan untuk membuat film lanjutan dari dokumenter tidak resmi itu.
Day mengklaim bahwa mereka masih memiliki banyak klip yang belum terpakai dalam menggarap Framing Britney Spears. Oleh karena itu mereka bisa membuat film lanjutan dari klip tersebut.
“Sejak film dokumenter tersebut ditayangkan, kami mendapat banyak informasi menarik bagi kami yang ingin kami selidiki dan disampaikan lebih lanjut,” kata Day, dilansir Hollywood Reporter, Sabtu (20/2).
Stark menambahkan bahwa pembahasan mengenai conservatorship atau konservatori yang dialami Britney bisa menjadi fokus film lanjutan. Mulai dari seperti apa keadaan konservatori sampai orang-orang yang terlibat di dalamnya.
“Saya rasa masih banyak cara untuk mempelajari perihal konservatori dan bagaimana konservatori berjalan dan mengapa, orang-orang yang terlibat dalam pembuatannya dan menjalankannya,” kata Stark.
Ia menegaskan bahwa ayah Britney, Jamie Spears, menjadi orang yang paling disorot terkait konservatori yang dialami pelantun lagu Toxic itu karena disebut dalam pengadilan. Namun, Stark yakin Jaime bukan satu-satunya orang yang terlibat.
“Tetapi jelas bahwa dia bukan satu-satunya orang yang melakukan hal ini dan dia bukan satu-satunya orang yang diuntungkan secara finansial. Jadi, saya rasa penting untuk melihat semuanya dan tentu saja akan sangat penting untuk terus mengikuti persidangan yang berlangsung,” kata Stark.
Film dokumenter Framing Britney Spears dirilis oleh The New York Times pada 5 Februari lalu. Salah satu yang dibahas dalam dokumenter ini adalah konservatori dan perseteruan Britney dengan Jamie sehingga penggemar tergerak menggemakan kembali #FreeBritney.
Konservatori merupakan konsep hukum perwalian di Amerika Serikat berupa wali yang ditunjuk sesuai keputusan pengadilan atas seorang individu yang dianggap tak bisa membuat keputusannya sendiri.
Biasanya konservatori ditujukan untuk mewakili kelompok lansia, rentan, atau menderita masalah kejiwaan serius seperti schizophrenia atau demensia.