Liputan21 – Film Bangkok Traffic (Love) Story yang rilis di Thailand pada 2009 lalu mungkin lebih mirip dengan film televisi di Indonesia yang biasa tayang pagi hari menemani para ibu memasak di rumah.
Film ini terbilang receh, agak norak, dan memiliki plot kisah yang sederhana dengan alur yang dibuat ala cerita cinta sinetron atau telenovela.
Meski begitu, film ini untuk sesaat mampu membuat saya terhibur bahkan tertawa, melepas penat dan bosan akibat pembatasan sosial juga tumpukan pekerjaan.
Bangkok Traffic (Love) Story mengisahkan kegundahan Mei Li (Cris Horwang) yang menyukai seorang pria idamannya, Loong (Theeradej Wongpuapan), secara diam-diam.
Kisah bermula dari Mei Li yang mengalami kesepian setelah seluruh sahabatnya menikah dan meninggalkan dirinya tetap melajang tanpa kekasih di usia 30 tahun. Kehidupannya kini hanyalah bekerja di Bangkok yang padat dan macet.
Hingga suatu kali, ia mengalami kecelakaan dan bertemu dengan Loong. Sejak saat itu, pertemuan demi pertemuan tanpa sengaja mendekatkan mereka sampai Mei Li menyadari ia menyukai pria itu, meski keduanya terpisahkan kehidupan masing-masing.
Inti kisah film ini begitu klise, tentang perempuan yang jatuh cinta diam-diam kepada seorang pria tampan tapi merasa ‘kalah saing’ serta tak yakin cintanya berbalas.
Hal itu kemudian membuat Mei Li berjuang mendapatkan Loong, atau ia terpaksa menuruti keinginan keluarganya untuk dijodohkan, karena usia yang sudah 30 tahun.
Meski klise dan bak sinetron, cerita film ini sebenarnya menggambarkan kegundahan sebagian (atau banyak) orang Asia, berkarier di kota besar, lajang, dan berusia 30 tahun.
Alamat pertanyaan kapan menikah sudah pasti rajin keluar dari mulut anggota keluarga, atau tetangga, bila Anda hidup di lingkungan yang kepo.