Liputan21 – BLACKPINK menandai peluncuran album penuh perdananya, THE ALBUM, dengan turut merilis film dokumenter berjudul Light Up the Sky.
Film yang diarahkan oleh sutradara Caroline Suh ini dirilis secara global pada 14 Oktober melalui Netflix, kurang dari dua minggu setelah album baru BLACKPINK.
Secara garis besar film dokumenter berdurasi satu jam 19 menit ini menyoroti momen yang jarang diungkap dan membahas lebih dalam sisi lain BLACKPINK.
Termasuk bagaimana setiap anggota merefleksikan naik turunnya ketenaran dan perjalanan panjang yang menantang, yang membawa mereka sampai di posisi saat ini.
Dokumenter ini dibuka dengan video singkat kala BLACKPINK pertama kali diperkenalkan ke publik sebagai girlband baru bentukan YG Entertainment pada Agustus 2016.
Film kemudian bergerak ke tiga tahun setelahnya, saat BLACKPINK telah dikenal sebagai salah satu girlband terbesar di dunia.
Masing-masing personel kemudian bercerita tentang diri, latar belakang, impian serta perjalanan mereka bergabung sebagai trainee sampai kemudian debut menjadi sebuah girlband.
Cuplikan demi cuplikan mengiringi kisah Jennie, Jisoo, Lisa, dan Rose yang datang dengan latar berbeda.
Light Up the Sky juga menunjukkan pandangan dan keseharian sebagai rekan segrup serta dari orang-orang di sekitar mereka.
Jisoo, sebagai sosok kakak yang pintar dan memiliki selera humor unik. Jennie, rapper yang garang di atas panggung tapi bertutur dengan lembut.
Rose, gadis dari Australia yang menemukan jalannya sebagai penyanyi dan penulis lagu. Serta Lisa, penari yang tak pernah gagal membuat teman segrupnya tertawa.
“Aku tahu kalian hanya melihat hal-hal yang ada di panggung, tapi kami melalui hal lain dan aku sangat bangga,” kata Rose secara emosional kala mengakhiri tur konser BLACKPINK di Asia, Juli 2019 lalu.
Dokumenter ini rasanya cukup tepat untuk membuat orang memahami “hal lain” yang dimaksud oleh Rose, yang dilalui BLACKPINK di belakang panggung.
Tidak hanya bagi penggemar BLACKPINK atau yang dikenal dengan BLINK, dokumenter ini setidaknya cukup membuka mata siapa pun untuk melihat perjalanan sebuah grup idol K-Pop terbentuk dan mencapai ketenaran mereka.
Pada beberapa bagian, proses pembuatan musik, pemilihan busana, serta perjalanan mereka berlatih juga ditampilkan.
Di sisi lain, film ini memperlihatkan sisi humanis seorang bintang, ketika mereka juga mengalami kerentanan akan berbagai hal.
Menyaksikan dokumenter ini seolah diajak ikut masuk dan menelusuri dari waktu ke waktu yang dilalui BLACKPINK.
Film dokumenter ini membuat penonton merasakan kegembiraan mereka lolos audisi, bersedih jauh dari keluarga, lelah melalui latihan keras setiap hari, sampai kemudian ada kelegaan serta bangga dengan pencapaian mereka.
Dokumenter Light Up the Sky ini setidaknya cukup menjadi langkah awal perkenalan sekaligus memahami tiap member BLACKPINK.
Di samping itu, dokumenter ini juga menjadi wujud bahwa bukan hal mudah bagi seorang idol K-Pop untuk kemudian bisa dikenal secara global.
Ada banyak pengorbanan yang harus dilalui empat perempuan tersebut, bertahun-tahun bersaing dengan mereka-mereka yang juga lapar mewujudkan mimpi.
Terlepas dari isinya, dokumenter ini dikemas dengan baik, dari segi alur hingga bentuk penyajian. Gambar-gambar yang digunakan pun cukup lengkap, termasuk potret kehidupan tiap member sebelum dikenal sebagai BLACKPINK.
Pada prosesnya, dokumenter ini pun terlihat memberi memberi kesempatan tiap member berbicara secara bebas, dengan nyaman.
Misalnya Jisoo yang tetap berbahasa Korea, Lisa yang dengan santai berbicara mencampurkan bahasa Korea, Inggris dan Thailand, serta Rose dan Jennie dengan bahasa Inggris dan Korea.
Hal itu cukup menunjukkan bahwa mereka diberi ruang untuk jujur sebagai diri mereka untuk dokumenter ini.
Meski ada beberapa hal yang mungkin belum lengkap diungkap, tapi tujuan dokumenter ini cukup tersampaikan dengan baik dan memberi wawasan baru bagi yang buta atau masih meraba industri K-Pop.