LIPUTAN21.COM – Satu kata untuk serial Sweet Home: spektakuler. Saya benar-benar bertepuk tangan dengan mata berkaca-kaca usai menyaksikan seluruh episode serial Sweet Home.
Apresiasi besar saya berikan kepada sutradara Lee Eung-bok beserta seluruh tim produksi karena bisa menghidupkan Sweet Home ke layar kaca dengan amat baik.
Kerja sama yang baik dari tim di belakang dan depan kamera membuat Sweet Home berhasil menganggut emosi saya sebagai penonton, mulai dari amarah, bahagia, hingga kesedihan dari 10 episode serial tersebut.
Sweet Home mengisahkan kekacauan dunia akibat manusia berubah menjadi monster akibat hasrat terdalam mereka.
Serial hasil adaptasi webtun bertajuk serupa karya Kim Carnby (Youngchan Hwang) ini fokus pada penghuni apartemen Green Home. Sinopsis Sweet Home dapat dibaca di sini.
Serial ini sejatinya ditujukan untuk dewasa. Tema cerita Sweet Home cenderung gelap, aksi kekerasan yang terang-terangan, perundungan, niatan bunuh diri, serta perkataan kasar diperlihatkan hampir di seluruh episode.
Terlebih lagi, darah manusia seperti tak ada nilainya lagi. Sehingga, penonton yang mudah kaget atau tak kuat melihat darah dan kekerasan benar-benar harus menyiapkan diri apabila ingin menyaksikan Sweet Home.
Seperti yang disampaikan Lee Eung-bok dalam konferensi pers terbatas beberapa waktu lalu, pengembangan karakter sungguh merata ke seluruh pemain, baik pemeran utama maupun pemeran pendukung.
Mulai dari kisah ironi Cha Hyun-soo (Song Kang) yang berencana bunuh diri namun memilih tetap bertahan dan justru ingin menyelamatkan hidup orang lain, hingga situasi apartemen Green Home yang sesungguhnya jauh dari definisi “sweet home”.
Kehidupan pemeran pendukung, penghuni Green Home lainnya, juga menarik diperhatikan. Mereka sejatinya menggambarkan masyarakat pada umumnya. Interaksi serta keputusan-keputusan yang diambil terasa lebih terhubung dengan penonton.
Tak hanya itu, kehadiran pemeran pendukung juga menjadi bumbu tersendiri untuk memastikan ketegangan dan permasalahan dalam Green Home tetap ada di setiap episode.
Aksi para pemeran utama juga layak diacungi jempol, seperti Song Kang, Lee Jin-wook, serta Lee Do-hyun yang menampilkan sisi lain dari karakter yang selama ini diperankan, kemudian Lee Si-young yang menjadi perempuan kuat meski sejatinya karakter itu tidak ada dalam webtun.
Kisah seluruh pemeran sesungguhnya menyiratkan pesan kepada penonton untuk benar-benar menjalani hidup dengan baik, menyayangi diri sendiri, dan tetap baik kepada orang lain karena sejatinya tidak ada yang benar-benar tahu perjalanan hidup atau pun permasalahan yang dihadapi orang tersebut.
“Ini bukan saatnya mengkhawatirkan monster. Manusia adalah sosok yang paling menyeramkan.”
Aspek lain yang juga patut disoroti dalam Sweet Home adalah kesetaraan gender berupa perempuan tak digambarkan sebagai sosok yang lemah dan harus dilindungi laki-laki. Para pemeran perempuan di sini mampu berdiri sendiri bahkan menjadi tonggak untuk menyelamatkan banyak orang.
Meski bergenre thriller, horor, dan fantasi, Lee Eung-bok tak lupa menambahkan unsur menyentuh hati layaknya drama Korea pada umumnya. Kisah hangat antara anak-anak dengan orang tua/lansia juga ditonjolkan dalam beberapa episode dengan kehadiran Kim Kap-soo dan Kim Sang-ho.
Belum lagi adegan-adegan menyayat hati yang bisa membuat penonton meneteskan air mata. Sutradara Lee Eung-bok juga menyatakan serial tersebut berhasil membuat anak laki-lakinya menangis.