Tanpa perlu ragu-ragu lagi, rasanya tidak berlebihan jika The Social Network (TSN) sekarang didapuk sebagai salah satu film terbaik sepanjang masa. Dan, harus diakui rasanya lewat karya penyutradaraan nya di sini, sekali lagi David Fincher layak diberi angkatan topi karena telah kembali berhasil menyajikan sajian yang tidak hanya sangat ‘lezat dikonsumsi’ namun juga ‘sarat gizi’.
Perlu diingat, kala awal mendengar perihal akan dibuatnya film ini, meski banyak orang yang tidak disangsikan lagi merasa penasaran dan ingin mengetahui bagaimana perjuangan serta siapa dan bagaimana sosok Mark Zuckerberg, sang kreator situs Facebook yang sangat fenomenal serta berperan penting dalam hidup hampir semua orang yang ada di muka bumi ini, proyek film ini tidak sedikit juga dijadikan bahan tertawaan oleh orang-orang yang skeptis dengan ide kemunculan film mengenai Facebook.
Umumnya yang ada di pikiran, pihak yang skeptis saat itu kurang lebih pertanyaan, “Apa menariknya film mengenai remaja nerd membuat sebuah situs?” Belum lagi, jangan lupakan kemungkinan hadirnya dialog-dialog panjang dengan istilah-istilah khusus di bidang komputerisasi yang bisa jadi asing di telinga orang awam.
Akan tetapi, begitu film ini mulai dirilis, hampir semua kalangan terhenyak lalu kemudian mau tidak mau menelan ludahnya dan keraguan pun bermanuver menjadi puja –puji, tidak hanya dari publik pecinta film, bahkan sebagian besar kalangan kritikus pun rasanya sepakat kalau Fincher kembali menyelesaikan pekerjaan rumahnya dengan sangat gemilang.
Betapa tidak, meski konon kisah The Social Network tidak sepenuhnya akurat dengan apa yang terjadi sebenarnya serta terdapat beberapa plot hole, sejak 10 menit pertama Fincher sudah berhasil menyajikan adegan yang bisa mendatangkan mood yang positif dan secara tegas ibarat menyatakan diri akan seperti apa sajian yang dihadirkannya di sini.
Pada malam musim gugur tahun 2003, mahasiswa Harvard dan jenius soal pemograman komputer, Mark Zuckerberg duduk di depan komputernya dan mulai mengerjakan sesuatu yang baru. Dalam hal blogging dan pemrograman, apa yang dimulai di kamar asramanya itu segera menjadi sebuah jaringan sosial global dan revolusi dalam komunikasi.
Hanya butuh enam tahun, jejaring sosial ini sudah meraup 500 juta pengguna. Hal ini membuat Mark Zuckerberg menjadi miliarder termuda dalam sejarah. Meski begitu, kesuksesan yang diraihnya pun mengarah pada komplikasi pribadi dan juga hukum.
Berbanding terbalik dengan apa yang diperkirakan, The Social Network meski memang berisikan dialog-dialog panjang, namun tidak membuat jemu, bahkan sangat kontras, di mana adegan-per adegannya tampil penuh energi dan bisa memacu andrenalin. Lewat pengambilan shot-shot cepat terutama dialog-dialog yang saling bersahutan, Fincher sukses menjaga mood penonton dengan sangat baik.